PHHN JPP POLRI
PHHN Jejak Perjalanan Perjuangan POLRI
Selamat Pagi Indonesia
Salam Kebangsaan
Pearl Harbor Hiroshima Nagasaki Jejak Perjalanan Perjuangan Kepolisian Negara Republik Indonesia.
Tentang 21 Agustus 1945, layak diperingati sebagai Hari Juang Polri.
Pendapat Tokoh Nasional & Guru Besar
1. Jenderal TNI Try Sutrisno Panglima ABRI ke 9 & Wakil Presiden RI ke 6.
Dengan sebab penelitian tentang peristiwa Proklamasi Polisi Republik Indonesia yang dituangkan dalam buku ini mendalam dan komprehensif, maka saya sepakat jika tanggal bersejarah tersebut, 21 Agustus menjadi Hari Juang Polri yang kelak akan diperingati oleh Polri setiap tahunnya.
2. Kapolri Jenderal Polisi Drs Listyo Sigit Prabowo MSi.
Buku ini memberikan gambaran terkait sejarah perkembangan Kepolisian di Indonesia dengan berlandaskan teori komprehensif diiringi dengan riset pustaka dan studi lapangan sehingga mampu menyajikan informasi yang utuh disertai penjelasan dan analisa terperinci. Semoga buku ini dapat menjadi sumber bacaan yang edukatif bagi seluruh personel Polri dan masyarakat dalam membuka cakrawala tentang sejarah Polri.
3. Kepala Staf TNI Angkatan Laut Laksamana TNI Muhammad Ali, S.E., M.M., M.Tr.Opsla.
Buku ini hadir sebagai sebuah karya monumental yang mampu menggambarkan perjalanan panjang sejarah perjuangan Kepolisian Negara Republik Indonesia dengan perspektif yang sangat komprehensif. Melalui buku ini, kita dapat menyimak persembahan dharma bakti Korps Bhayangkara bagi negeri ini dari masa ke masa.
4. Jenderal Polisi Prof Dr Budi Gunawan SH MSi Ph.D
Proklamator Presiden RI pertama Ir. Soekarno pernah mengingatkan rakyat Indonesia dalam pidatonya yang terakhir pada Hari Kemerdekaan Republik Indonesia tanggal 17 Agustus 1966 yang dikenal dengan istilah “JASMERAH”, yaitu “jangan sekali-kali melupakan sejarah”.
5. Ketua MPR RI Dr H Bambang Susatyo SE MBA.
Oleh karena itu, selaku pimpinan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia (MPR RI), saya menaruh harapan besar agar buku ini bisa menjadi bacaan wajib bagi anggota Polri, terutama untuk anggota Polri dan calon-calon pimpinan Polri masa depan yang tengah menjalani pendidikan di berbagai tingkat pendidikan maupun pelatihan Polri, agar seluruh anggota Polri dan calon pemimpin Polri masa depan faham tentang Sejarah Polri. Faham dari mana mereka berasal. Dan Faham bagaimana menghargai sejarahnya. Sebab buku ini menyajikan hal tersebut dengan lengkap.
6. Jenderal Polisi Drs Suroyo Bimantoro.
Dan sudah sangat wajar bila tanggal 21 Agustus 1945 ditetapkan sebagi Hari Juang Polisi Indonesia sebagai penghormatan kita terhadap para pejuang Polri khususnya.
7. Jenderal Polisi Drs H Bambang Hendarso Danuri.
Saya sebagai Ketua Umum PP Polri sekaligus sebagai pimpinan rapat umum tersebut dan seluruh Purnawirawan Polri, mengambil kesimpulan bahwa tanggal 21 Agustus adalah Hari Juang Polri. Berbagai alasan menyertai dan mendukung mengapa tanggal 21 Agustus layak dijadikan sebagai Hari Juang Polri.
8. Jenderal Polisi Drs Badrodin Haiti.
Selaku pimpinan Polri, saya mempunyai harapan agar buku ini dapat memperkaya khasanah dan referensi serta dapat menjadi sumber informasi, inspirasi dan panduan bagi para pembaca khususnya seluruh anggota Polri.
9. Komisaris Jenderal Polisi Drs Imam Sudjarwo Msi
Ketua Umum PKBB.
Salah satu hal penting terkait dengan jas merah ini adalah bagaimana kita mau dan mampu untuk mengabadikan fakta sejarah perjuangan dari para pendahulu kita untuk dijadikan literasi dan sekaligus pendorong semangat bagi para generasi penerus bangsa untuk melanjutkan perjuangannya dalam mengisi kemerdekaan.
10. Dr Anhar Gonggong. Ahli Sejarah. Tenaga Profesional Lemhannas RI.
Bicara dan menulis sejarah harus dilandasi Kejujuran. Bicara sejarah kita bicara masa lalu, tapi ingat kita sekarang ada karena masa lalu untuk menghadapi masa yang akan datang.
11. Prof. Dr. der Soz. Gumilar Rusliwa Somantri, DSc. Rektor UI 2007-2013
Anggota Senat Akademik PTIK/STIK
Penentuan hari kelahiran sebuah institusi besar dan penting di negeri kita, biasanya ditandai oleh hadirnya perdebatan diantara 2 kubu pemikiran. Kelompok pertama lebih politis dan sarat buncahan emosi nasionalisme. Mereka biasanya memotong alur sejarah untuk mengabaikan hal-hal kelam masa penjajahan. Kelompok kedua lebih rasional-akademik, lebih mengetengahkan objektivitas. Mereka meletakan alur cerita sejarah pada tautan utuh, terdiri dari lembar pahit masa penjajahan dan lembar romantik awal kemerdekaan.
Komjen Pol. Purn. Drs. Arif Wachjunadi menulis buku penting mengenai sejarah Polri dengan mengambil posisi rasional-akademik di atas. Beliau memahami bahwa penjajahan telah menorehkan luka teramat dalam di dada Pertiwi. Namun, sejarah adalah sejarah. Ia bisa lahir dari senyum. Ia bisa juga lahir dari tangis. Pendirian “Polisi Khusus” di Indonesia oleh Jepang merupakan fakta sejarah hadirnya polisi yang kemudian menjadi komponen penting perjuangan kemerdekaan.
12. Dr. Abdul Wahid, M.Hum., M.Phil.
Ketua Departemen Sejarah Fakultas Ilmu Budaya, Ahli Sejarah Universitas Gadjah Mada.
Keistimewaan lain dari buku ini adalah ia ditulis melalui proses ‘riset panjang yang mendalam dan serius’ yang dilakukan penulisnya. Komjen Drs. Arif Wachjunadi memang tidak memiliki latar belakang keilmuan sejarah, tetapi beliau memiliki kecintaan yang besar dan kepedulian terhadap lembaganya, sehingga mendorongnya untuk melakukan dengan sungguh-sungguh berbagai langkah dan tahapan ‘penelitian sejarah’ sebagaimana yang biasa dilakukan seorang peneliti sejarah professional, atau bahkan mungkin melampuinya.
Bandung, Jumat 5 Agustus 2023.